Teori Bunuh Diri Emile Durkheim


Teori Bunuh Diri

        Bunuh diri adalah sebuah tindakan yang menyebabkan kematian diri sendiri. bunuh diri seringkali di lakukan akibat putus asa, yang menyebabkan seringkali dikaitkan dengan gangguan jiwa misalnya depresi, ganguan bipolar, ketergantungan alkohol atau penyalahgunaan obat.

EMILE DURKHEIM
       Teori bunuh diri ini di kemukan oleh Emile Durkheim. Dia melakukan penelitian tentang angka bunuh diri di beberapa negara Eropa. Secara statistic, hasil dari pengumpulan data-data tersebut, ia menarik kesimpulan bahwa gejala  psikologis sebenarnya tidak berpengaruh terhadap kecenderungan untuk melakukan bunuh diri. Menurutnya, fenomena bunuh diri merupakan kenyataan sosial tersendiri yang karena itu dapat dijadikan sarana penelitian dengan menghubungkan dengan struktur  sosial dan derajat integrasi sosial dari suatu masyarakat.
Durkheim memusatkan perhatiannya pada 3 macam kesatuan sosial yang pokok dalam mas Bunuh Diri dalam Kesatuan Agama. Dari data yang dikumpulan Durkheim menunjukkan bahwa angka bunuh diri lebih besar di negara-negara protestan dibandingkan dengan penganut agama Katolik dan lainnya. Penyebabnya terletak di dalam perbedaan kebebasan yang diberikan oleh masing-masing agama tersebut kepada para penganutnya.
b. Bunuh Diri dalam Kesatuan Keluarga. Dari penelitian Durkheim disimpulkan bahwa semakin kecil jumlah anggota dari suatu keluarga, maka akan semakin kecil pula keinginan untuk hidup. Kesatuan sosial yang semakin besar, mengikat orang pada kegiatan-kegiatan sosial di antara anggota-anggota kesatuan tersebut.
c. Bunuh Diri dalam Kesatuan Politik. Dari data yang dikumpulkan, Durkheim menyimpulkan bahwa di dalam situasi perang, golongan militer lebih terintegrasi dengan baik, dibandingkan dalam keadaan damai. Sebaliknya dengan masyarakat sipil.
Kemudian Durkheim membagi bunuh diri menjadi 4 tipe :

a. bunuh diri egoistis
tipe bunuh diri seperti ini ditemukan karena individu tidak memiliki interaksi yang baik dalam unit sosial luas. Lemahnya integrasi ini, membuat individu berpikir bahwa ia bukanlah bagian dari masyarakat dan masyarakat ukan pula bagian dari individu.

b. bunuh diri altruistis
bunuh diri tipe ini justru terjadi ketika adanya integrasi yang kuat. Contoh bunuh diri di Jepang (Harakiri). Bunuh diri ini makin banyak terjadi jika makin banyak harapan yang tersedia, karena dia bergantung pada keyakinan akan adanya sesuatu yang indah setelah hidup di dunia. Ketika integrasi mengendur seorang akan melakukan bunuh diri karena tidak ada lagi kebaikan yang dapat dipakai untuk meneruskan kehidupannya, begitu sebaliknya.

c. bunuh diri anomic
Bunuh diri ini terjadi ketika menempatkan orang dalam situasi norma lama tidak berlaku lagi sementara norma baru belum dikembangkan (tidak ada pegangan hidup). Contoh: bunuh diri dalam situasi depresi ekonomi seperti pabrik yang tutup sehingga para tenaga kerjanya kehilangan pekerjangan, dan mereka lepas dari pengaruh regulatif yang selama ini mereka rasakan.

d. bunuh diri fatalistis
Bunuh diri ini terjadi ketika regulasi meningkat. Durkheim menggambarkan seseorang yang mau melakukan bunuh diri ini seperti seseorang yang masa depannya telah tertutup dan nafsu yang tertahan oleh disiplin yang menindas. Contoh: perbudakan.


Referensi
http://maulanal.blogspot.com/2016/03/teori-sosiologi-klasik-emile-durkheim.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Bunuh_diri

Tondano, 18 November 2019

Comments